Sejak tanggal 20 Mei 2006 lalu, Pertamina telah meluncurkan biosolar. Hal ini dikarenakan semakin menipisnya cadangan minyak dalam perut bumi Indonesia dan pencemaran udara yang kian memprihatinkan. Penggunaan energi alternatif yang terbaru dan rendah polusi ini memang mendesak.
Untuk membuat biosolar dibutuhkan FAME (fatty acid methyl aster) atau minyak nabati. Salah satu bahan baku yang bisa dipakai untuk mendapatkan FAME adalah minyak goreng bekas atau biasa dikenal dengan minyak jelantah.
Pada tahun 2005, konsumsi minyak goreng di Indonesia mencapai 6,4 juta ton. Minyak goreng tersebut tentu tidak akan habis begitu saja. Sisanya akan menjadi minyak goreng bekas atau yang biasa dikenal dengan minyak jelantah.
Jika kita mampu mengumpulkan 25% dari produk minyak goreng bekas dan mengolahnya, maka akan kita mendapat FAME sekitar 1,6 juta ton atau setara dengan 32 juta ton biosolar B5 (biosolar dengan campuran 5% FAME dan 95% petrosolar).
Selain minyak jelantah, masih ada beberapa yang bahan baku yang bisa dipakai untuk membuat FAME. Di antaranya CPO off grade, limbah cair pabrik kelapa sawit dan minyak goreng, serta stearin dan crude stearin.Rama Prihandana, Roy Hendroko dan Makmuri Nuramin menjabarkan bahan baku tadi dalam buku Menghasilkan Biodiesel Murah yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka. Melalui buku tersebut ketiga pakar ini mencoba memberikan alternatif lain untuk menghasilkan biodiesel murah dengan memanfaatkan bahan baku yang ada di sekitar kita.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment